Kisah Nabi Nuh - Benarkah Nabi Nuh Tidak Bersabar Karena Meminta Adzab Untuk Kaumnya?
Sebagian orang ada yang menuduh bahwa Nabi Nuh 'alaihissalam bukanlah seorang Rasul yang sabar menghadapi kaumnya, padahal Allah sendiri menggelarinya ulul azmi di antara para rasul. Alasan orang orang yang menuduh Nabi Nuh tidak sabar karena Nabi Nuh memintakan adzab kepada Allah untuk kaumnya.
Mari pahami alur kisahnya, mengapa Nabi Nuh mengucapkan demikian, sehingga kita tidak berburuk sangka kepada utusan Allah yang mulia.
Kaum Nuh adalah kaum yang ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak hanya melakukan kekufuran, mereka juga senantiasa menantang Nabi Nuh untuk mendatangkan adzab sebagai bukti kebenaran dakwahnya itu. Mereka (kaum Nuh) mengatakan,
قَا لُوْا يٰـنُوْحُ قَدْ جَا دَلْتَـنَا فَاَ كْثَرْتَ جِدَا لَـنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَاۤ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ"Mereka berkata, "Wahai Nuh ! Sungguh, engkau telah berbantah dengan kami, dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang engkau ancamkan, jika kamu termasuk orang yang benar." (QS. Hud 11 : 32)
Namun, Nabi Nuh tetap bersabar dan tidak membalas perkataan mereka dengan mengiyakan atau menanggapinya dengan ancaman, beliau hanya mengatakan bahwa keputusan adzab bukanlah kehendaknya, melainkan hanya kehendak Allah semata. Nabi Nuh menjawab perkataan kaumnya itu,
قَا لَ اِنَّمَا يَأْتِيْكُمْ بِهِ اللّٰهُ اِنْ شَآءَ وَمَاۤ اَنْتُمْ بِمُعْجِزِيْنَ"Dia (Nuh) menjawab, "Hanya Allah yang akan mendatangkan azab kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu tidak akan dapat melepaskan diri." (QS. Hud 11 : 33)
Nabi Nuh yang telah berdakwah selama 950 tahun, tidak hanya di siang hari, namun juga di malam hari beliau tidak berhenti menyeru kaumnya. Selama masa yang panjang itu pula beliau bersabar atas gangguan fisik maupun psikis yang ia terima, lalu nabi Nuh berkata,
قَا لَ رَبِّ اِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَّنَهَا رًا"Dia (Nuh) berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam," (QS. Nuh 71 : 5)
فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِيْۤ اِلَّا فِرَا رًا"Tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran)." (QS. Nuh 71 : 6)
Tidak hanya menolak seruan Nabi Nuh, mereka pun mengejeknya dengan menutupi telinga telinga mereka,
وَاِ نِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوْۤا اَصَا بِعَهُمْ فِيْۤ اٰذَا نِهِمْ وَا سْتَغْشَوْا ثِيَا بَهُمْ وَاَ صَرُّوْا وَا سْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَا رًا"Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri." (QS. Nuh 71 : 7)
Allah Ta'ala pun menanggapi kaum Nuh yang sangat melampaui batas ini dengan berfirman, mengabarkan kepada Nabi Nuh 'alaihissalam bahwa tidak ada lagi kaumnya yang akan beriman kepadanya,
وَاُ وْحِيَ اِلٰى نُوْحٍ اَنَّهٗ لَنْ يُّؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ اِلَّا مَنْ قَدْ اٰمَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَا نُوْا يَفْعَلُوْنَ"Dan diwahyukan kepada Nuh, "Ketahuilah, tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar benar beriman (saja), karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat." (QS. Hud 11 : Ayat 36)
Artinya, tidak akan ada lagi yang akan beriman kepada seruan nabi Nuh setelah 9 orang yang telah mengikutinya. Mendengar firman Allah ini, Nuh sadar Allah akan segera menurunkan adzab-Nya kepada kaumnya.
وَ قَا لَ نُوْحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْاَ رْضِ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ دَيَّا رًا"Dan Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh 71 : Ayat 26)
اِنَّكَ اِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوْا عِبَا دَكَ وَلَا يَلِدُوْۤا اِلَّا فَا جِرًا كَفَّا رًا"Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur." (QS. Nuh 71 : Ayat 27)
Demikianlah syariat terdahulu, ketika sebuah kaum melakukan dosa dan melampaui batas, maka Allah akan menurunkan adzab-Nya langsung di dunia dengan membinasakan mereka. Lihatlah kaum 'Add, umat Nabi Hud, ketika mereka ingkar dan terus menerus menyombongkan diri, Allah binasakan mereka dengan angin topan.
Umat Nabi Luth, Allah buat mereka binasa dengan menghujani batu api dari langit kemudian membalikkan bumi yang mereka pijak. Bangsa Madyan, umat Nabi Syuaib, Allah hancurkan mereka dengan suara guntur yang menggelegar sehingga mereka tewas seketika seolah olah tidak pernah ada orang yang tinggal di daerah itu sebelumnya. Firaun, Qarun, dan yang lainnya, Allah segerakan adzab mereka di dunia dan nanti adzab yang lebih besar di akhirat.
Berbeda dengan umat Nabi Muhammad ﷺ yang Allah utamakan atas umat lainnya, Allah tunda adzab-Nya di akhirat kelak, dan memperpanjang masa bagi umat Muhammad ﷺ agar berpikir dan bertaubat. Semua itu Allah lakukan dengan hikmah serta ilmu-Nya, dan hendaknya kita bersyukur atas hal ini.
Dan akhirnya adzab yang mereka nanti nantikan itu datang, langit menurunkan air yang sangat deras dan bumi pun mengeluarkan air yang melimpah. Bumi pun menjadi lautan yang sangat besar, yang ombaknya saja setinggi gunung.
وَهِيَ تَجْرِيْ بِهِمْ فِيْ مَوْجٍ كَا لْجِبَا لِ"Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung gunung." (QS. Hud 11 : Ayat 42)
Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala menetapkan takdir untuk kaum Nabi Nuh 'alaihis salam.