Kisah Nabi Muhammad - Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah ﷺ
Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja, di situlah tinggal sang istri, pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah ﷺ bersabda,
Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata,
Beliau ﷺ menempatkan mereka pada kedudukan yang diidam idamkan oleh seluruh kaum hawa, yaitu menjadi seorang istri yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.
Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata,
Diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwa ia berkata,
Rasulullah ﷺ pernah menjawab pertanyaan 'Amr bin Al 'Ash Radhiyallahu 'Anhu seputar masalah tersebut. Beliau ﷺ menjelaskan kepadanya, bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.
Amr bin Al 'Ash Radhiyallahu 'Anhu pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ,
Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha ia berkata,
Aisyah Radhiyallahu 'Anha mengisahkan,
Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan orang orang yang terpandang pada tiap tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan Rasulullah ﷺ.
Beliau ﷺ adalah seorang Nabi yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani Hasyim. Pada saat saat kejayaan, beliau ﷺ kembali dari sebuah peperangan dengan membawa kemenangan bersama rombongan pasukan besar.
Meskipun demikian, Rasulullah ﷺ tetap seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap istri istri beliau ﷺ, para Ummahatul Mukminin. Kedudukan beliau ﷺ sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan pertempuran, tidak membuat beliau ﷺ lupa bahwa beliau ﷺ didampingi para istri istri, kaum hawa yang lemah yang sangat membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang sangat meletihkan.
Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, bahwa ketika Rasulullah ﷺ kembali dari peperangan Khaibar, beliau ﷺ menikahi Shafiyyah binti Huyaiy Radhiyallahu 'Anha. Beliau ﷺ mengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah Radhiyallahu 'Anha dari pandangan orang.
Kemudian Rasulullah ﷺ duduk bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, beliau ﷺ mempersilakan Shafiyyah Radhiyallahu 'Anha untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau ﷺ.
Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan betapa tawadhu' nya beliau ﷺ. Rasulullah ﷺ selaku pemimpin yang berjaya dan seorang Nabi yang diutus, memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu' kepada istri, mempersilahkan lutut beliau ﷺ sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah, dan membahagiakan istri sama sekali tidak mengurangi derajat serta kedudukan beliau ﷺ.
Subhanallah ! Di tengah kesibukannya yang luar biasa padat dalam berdakwah, menjaga stabilitas keamanan negara, berjihad, mengurus ekonomi umat, dan lain-lain, Beliau ﷺ masih bisa menyempatkan diri untuk mengerjakan hal hal yang dipandang rendah oleh banyak suami di zaman ini !
"Dunia itu penuh dengan kenikmatan, dan sebaik baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah." (Shahih Jami' Shaghir karya Al Albani)Di antara keelokan budi pekerti Rasulullah ﷺ dan keharmonisan rumah tangga beliau ﷺ ialah memanggil Aisyah Radhiyallahu 'Anha dengan nama kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa serasa melayang layang.
Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata,
"Pada suatu hari Rasulullah ﷺ berkata kepadaku, "Wahai 'Aisy (panggilan kesayangan Aisyah Radhiyallahu 'Anha), Malaikat Jibril 'alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu." (Muttafaq 'Alaih)Bahkan beliau ﷺ selaku Nabi umat akhir zaman yang paling sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya telah memberikan sebuah contoh yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri, dan dalam hal kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita.
Beliau ﷺ menempatkan mereka pada kedudukan yang diidam idamkan oleh seluruh kaum hawa, yaitu menjadi seorang istri yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.
Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata,
"Suatu ketika aku minum dan aku sedang haidh, kemudian aku memberikan gelasku kepada Rasulullah ﷺ dan beliau ﷺ meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, kemudian beliau ﷺ mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya." (HR. Muslim)Rasulullah ﷺ tidaklah seperti yang diduga oleh kaum munafikin atau seperti yang dituduhkan oleh kaum orientalis dengan tuduhan tuduhan palsu dan pengakuan pengakuan bathil. Bahkan Rasulullah ﷺ lebih memilih etika berumah tangga yang paling elok dan sederhana.
Diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwa ia berkata,
"Rasulullah ﷺ pernah mencium salah seorang istri beliau ﷺ, kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu'." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah ﷺ selalu menjelaskan dengan gamblang akan tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau ﷺ. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi.
Rasulullah ﷺ pernah menjawab pertanyaan 'Amr bin Al 'Ash Radhiyallahu 'Anhu seputar masalah tersebut. Beliau ﷺ menjelaskan kepadanya, bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.
Amr bin Al 'Ash Radhiyallahu 'Anhu pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ,
"Siapakah orang yang paling engkau cintai ?" Beliau ﷺ menjawab, "Aisyah !" (Muttafaq 'Alaih)Barangsiapa yang mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan kisah kisah Aisyah Radhiyallahu 'Anha bersama Rasulullah ﷺ. Bagaimana kiat kiat Rasulullah ﷺ dalam membahagiakan Aisyah Radhiyallahu 'Anha.
Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha ia berkata,
"Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah ﷺ dari satu bejana."(HR. Al Bukhari)Rasulullah ﷺ tidak melewatkan kesempatan sedikit pun, kecuali beliau ﷺ manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal hal yang dibolehkan.
Aisyah Radhiyallahu 'Anha mengisahkan,
Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah ﷺ dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau ﷺ memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami.Sungguh merupakan sebuah bentuk permainan yang sangat lembut dan sebuah perhatian yang sangat besar. Rasulullah ﷺ perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar beliau ﷺ dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari. Kemudian beliau ﷺ memadukan permainan yang lalu dengan yang baru dan beliau berkata, "Inilah penebus kekalahan yang lalu !"
Kemudian beliau ﷺ berkata kepadaku, "Kemarilah ! Sekarang kita berlomba lari." Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau ﷺ. Beliau ﷺ hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau ﷺ dalam sebuah lawatan. Beliau ﷺ memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu.
Kemudian beliau ﷺ menantangku berlomba kembali dan akhirnya beliau ﷺ dapat mengungguliku. Beliau ﷺ tertawa seraya berkata, "Inilah penebus kekalahan yang lalu !" (HR. Ahmad)
Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan orang orang yang terpandang pada tiap tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan Rasulullah ﷺ.
Beliau ﷺ adalah seorang Nabi yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani Hasyim. Pada saat saat kejayaan, beliau ﷺ kembali dari sebuah peperangan dengan membawa kemenangan bersama rombongan pasukan besar.
Meskipun demikian, Rasulullah ﷺ tetap seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap istri istri beliau ﷺ, para Ummahatul Mukminin. Kedudukan beliau ﷺ sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan pertempuran, tidak membuat beliau ﷺ lupa bahwa beliau ﷺ didampingi para istri istri, kaum hawa yang lemah yang sangat membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang sangat meletihkan.
Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, bahwa ketika Rasulullah ﷺ kembali dari peperangan Khaibar, beliau ﷺ menikahi Shafiyyah binti Huyaiy Radhiyallahu 'Anha. Beliau ﷺ mengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah Radhiyallahu 'Anha dari pandangan orang.
Kemudian Rasulullah ﷺ duduk bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, beliau ﷺ mempersilakan Shafiyyah Radhiyallahu 'Anha untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau ﷺ.
Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan betapa tawadhu' nya beliau ﷺ. Rasulullah ﷺ selaku pemimpin yang berjaya dan seorang Nabi yang diutus, memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu' kepada istri, mempersilahkan lutut beliau ﷺ sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah, dan membahagiakan istri sama sekali tidak mengurangi derajat serta kedudukan beliau ﷺ.
Subhanallah ! Di tengah kesibukannya yang luar biasa padat dalam berdakwah, menjaga stabilitas keamanan negara, berjihad, mengurus ekonomi umat, dan lain-lain, Beliau ﷺ masih bisa menyempatkan diri untuk mengerjakan hal hal yang dipandang rendah oleh banyak suami di zaman ini !
Andaikan saja para suami suami itu mau mempraktekkan hal hal tersebut, insya Allah keharmonisan rumah tangga mereka akan langgeng.